MAKALAH
JEMBATAN CABLE STAYED
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu : Tri Waryono, S. Pd., M. Pd.
Disusun
Oleh:
Virma Asriza (20130110131)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jembatan
mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya
tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang
menarik. Jembatan mungkin tidak ada artinya bagi orang-orang yang bertempat
tinggal di daerah dataran yang rata, tidak didapati adanya sungai, jurang,
tebing, ataupun keadaan dimana kita akan berpindah tempat namun ada penghalang
di depan kita. Sebaliknya, jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh orang-orang
yang bertempat tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau, sehingga jembatan
sangat di butuhkan sebagai alat penghubung dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan
perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang sebagai alat penghubung
antara tempat satu dengan tempat yang lain, melainkan sebagai sarana untuk
memperlancar kegiatan manusia, serta membantu berkembangnya suatu daerah yang
selama ini sulit di akses, apalagi Indonesia ini sebagai negara yang
berkembang, akses ke daerah-daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan
adanya jembatan ini sangat membantu hal tersebut.
Ada
banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun pada makalah ini saya
akan memfokuskan pembahasan pada jembatan dengan tipe cable stayed . Hal ini dikarenakan cukup banyak negara yang
menggunakan yang metode ini seperti Republik Rakyat Cina, Jepang, Inggris, dan
banyak negara baik di eropa dan di asia. Di Indonesia ada 2 jembatan yang
menggunakan metode ini yaitu jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan
Bangkalan atau Pulau Madura, dan jembatan Balerang yang terletak di Batam
Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan bahwa jembatan dengan tipe cable stayed mulai digunakan di banyak
negara.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan jembatab cable stayed
?
2.
Apa saja
komponen jembatan cable stayed ?
3. Bagaimana Efek Non-linier pada
Elemen Struktur jembatan cable stayed ?
4. Bagaimana Idealisasi Struktur
pada jembatan cable stayed ?
C.
Manfaat
Manfaat dibuat makalah ini adalah:
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami apa yang di
maksud dengan jembatan cable stayed.
2.
Mahasiswa mengetahui
komponen-komponen jembatan cable stayed.
3.
Mahasiswa mengetahui
efek non-linier pada elemen struktur jembatan cable stayed.
4.
Mahasiswa
mengetahui Idealisasi Struktur pada elemen jembatan cable stayed.
5.
Membandingkan
jenis jembatan cable stayed dengan
jenis jembatan lain.
6. Makalah
ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu bagi para pembaca.
D. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
yang dimaksud dengan jembatan cable
stayed.
2. Mengetahui
komponen-komponen jembatan cabel stayed.
3. Mengetahui
efek non-linier pada elemen struktur jembatan cable stayed.
4. Mengetahui
idealisasi struktur pada elemen jembatan cable
stayed.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASA
A.
Pengertian
Jembatan Cable Stayed
Pengertian
jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan
dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan
raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis
jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman
dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan
tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain
:
1. Jembatan
plat (slab bridge),
2. Jembatan
plat berongga (voided slab bridge),
3. Jembatan
gelagar (girder bridge),
4. Jembatan rangka (truss bridge),
5. Jembatan pelengkung (arch bridge),
6. Jembatan
gantung (suspension bridge),
7. Jembatan
kabel (cable stayed bridge),
8. Jembatan
cantilever (cantilever bridge).
Jembatan
cable stayed adalah salah satu dari beberapa tipe jembatan bentang panjang.
Jembatan jenis ini memiliki karakteristik yang menguntungkan dibandingkan dengan
tipe jembatan bentang panjang yang lain baik dari segi teknis, ekonomis, maupun
estetika.
Sebuah
jembatan cable-stayed memang terlihat apik dan indah ketika dipandang. Jembatan yang mengandalkan tali sebagai
penahan beban jembatan diperuntukkan bagi lintasan antar wilayah yang biasanya
terpisah oleh sungai, lembah ataupun diatas tanah datar. Konstruksi yang
kompleks membuat jembatan sulit untuk dibangun. Namun keindahan kabel bentangan
menjadi daya tarik tersendiri bagi jembatan.
Jembatan
cable stayed (Kabel Tetap) sudah dikenal sejak lebih dari 200 tahun yang lalu
(Walther, 1988) yang pada awal era tersebut umumnya dibangun dengan menggunakan
kabel vertical dan miring seperti Dryburgh Abbey Footbridge di Skotlandia yang
dibangun pada tahun 1817. Jembatan seperti ini masih merupakan kombinasi dari
jembatan cable stayed modern. Sejak saat itu jembatan cable stayed mengalami
banyak perkembangan dan mempunyai bentuk yang bervariasi dari segi material
yang digunakan maupun segi estetika.
Pada
umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton atau
beton pratekan sebagai gelagar utama (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995). Pemilihan
bahan gelagar tergantung pada ketersediaan bahan, metode pelaksanaan dan harga
konstruksi. Penilaian parameter tersebut tidak hanya tergantung pada
perhitungan semata melainkan masalah ekonomi dan estetika lebih dominan.
Kecenderungan sekarang adalah menggunakan gelagar beton, cast in situ atau
prefabricated (pre cast).
Jembatan
cable stayed merupakan tipe jembatan bentang panjang yang estetis dan sering
digunakan sebagai prasarana transportasi yang penting. Struktur jembatan ini
terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural seperti pilar, kabel dan dek
jembatan. Dek jembatan digantung dengan kabel prategang yang diangkur pada
pilar. Dengan demikian, semua gaya-gaya gravitasi maupun lateral yang bekerja
pada dek jembatan akan ditransfer ke tanah melalui kabel dan pilar. Kabel akan
menerima gaya tarik sedangkan pilar memikul gaya tekan yang sangat besar disamping
efek lentur lainnya (Yuskar
dan Andi,2005).
1. Keuntungan
Keuntungan secara umum
penggunaan jembatan cable stayed,
yaitu:
a. Tahan
terhadap angin
b. Lebih
kaku dibanding dengan jembatan gantung
c. Mampu
menahan beban hingga 5 ton
d. Murah
dalam perawatan karena menggunakan baja
e. Konstruksi
lebih ringan
f. Cepat
dilaksanakan karena sistem komponen baja (pra fabrikasi)
g. Terputusnya
kabel tidak serta merta jembatan menjadi runtuh
Keuntungan jembatan cable stayed dengan jumlah kabek banyak dapat disebutkan sebagai
berikut ini.
a. Jumlah
dukungan elastik yang besar menyebabkan lentur yang sedang pada arah longitudinal dek, baik
selama pelaksanaan maupun dalam pengoperasian, membuat metode pelaksanaan
sederhana dan ekonomis,
b. Kabel
individual lebih kecil dibandingkan sebuah struktur kabel penggantung yang
terkonsentrasi, sederhana dalam pemasangan dan pengangkerannya,
c. Penggantian
kabel relative mudah bila diperlukan, meskipun kabel telah diberi pelinding
terhadap korosi.
Jarak
antar kabel maksimum tergantung pada parameter, khususnya lebar dan bentuk dek.
Jika dek dari baja atai beton komposit, pelaksanaan konstruksi dapat
diselesailkan dengan corbelling out, jika
kabel yang sangat rapat tidak memberikan keuntungan besar. Sebagai ketentuan
umum, jarak antara 15 m dan 25 m dapat digunakan. Penggunaan jarak yang lebih
besar masih dapat dimungkinkan dengan alasan tertentu. Jika dek dari beton,
design dengan banyak kabel penggantung terpisah 5 m – 10 m memberikan banyak
keuntungan dan mungkin sangat penting untik struktur dengan bentang panjang (Walther, 1988).
2. Kekurangan
Bentang
main span terbatas karena keterbatasan sudut kabel. Untuk menambah panjang
span, diperlukan pilon yang makin tinggi dengan konsekuensi gaya tekan pada
deck makin besar.
B.
Komponen
Jembatan Cable Stayed
Pada dasarnya komponen
utama jembatan cable stayed terdiri
atas sistem kabel, menara atau pylon, dan gelagar.
1. Sistem
kabel
Sistem
kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan jembatan cable stayed. Kabel digunakan untuk
menopang gelagar diantara dua tumpuan dan memindahkan beban tersebut ke menara.
Secara umum sistem kabel dapat dilihat sebagai tatanan kabel transversal dan
tatanan kabel longitudinal. Pemillihan tatanan kabel tersebut didasarkan atas
berbagai hal karena akan memberikan pengaruh yang berlainan terhadap perilaki
struktur terutama pada bentuk menara dan tampang gelagar. Selain itu akan
berpengaruh pula pada metode pelaksanaan, biaya dan arsitektur jembatan.
Sebagian besar struktur yang sudah dibangun terdiri atas dua bidang kabel dan
diangkerkan pada sisi-sisi gelagar (Walther,
1988). Namun ada beberapa yang hanya menggunakan satu bidang. Penggunaan tiga
bidang atau lebih mungkin dapat dipikirkan untuk jembatan yang sangat lebat
agar dimensi balok melintang dapat lebih kecil.
a. Tatanan
kabel tranversal
Tatanan kabel
tranversal terhadap areah sumbu longitudinal jembatan dapat dibuat satu atau
dua bidang dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada juga perencana yang
menggunakan tiga bidang kabel sampai sekarang belum dapat diterapkan di
lapangan.
1) Sistem
satu bidang.
Sistem ini sangat
menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi kabel bersilangan yang
terlihat oleh pandangan sehingga terlihat penampilan struktur yang indah. Kabel
ditempatkan di tengah-tengah dek dan membatasi dua arah jalur lalu lintas.
Kabel ditempatkan ditengah-tengah dek menyebabkan torsi pada dek menjadi besar
akibat beban lalu lintas yang tidak simetri dan tiupan angin. Kelemahan
tersebut diatasi dengan menggunakan dek kaku berupa gelagar kotak (box girder) yang mempunyai kekakuan
torsi yang sangat besar. Penenpatan menara yang mengikuti bidang kabel di
tengah dek mengurangi lebar kendaraan sehingga perlu dilakukan penambahan lebar
sampai batas minimum yang dibutuhkan. Secara umum jembatan yang sangat panjang
atau sangat lebar tidak cocok dengan penggantung kabel satu bidang.
2) Sistem
dua bidang
Penggantung dengan dua
bidang dapat berupa dua bidang vertikal sejajar atau dua bidang miring yang
pada sisi atas lebih sempit. Penggunaan bidang miring dapat menimbulkan masalah
yang pada lalulintas yang lewat diantara dua bidang kabel, terlebih bila
jembatan mempunyai bentang yang relative pendek atau menengah. Kemiringan kabel
akan sangat curam sehingga mungkin diperlukan pelebaran dek jembatan. Pada
ujung balok melintang dimana akan dipasang angker kabel, mungkin akan terjadi
kesulitan pada pendetailan struktur, khususnya bila menggunakan beton pratekan.
Pengangkeran kabel dapar bertentangan dengan kabel prategang balok melintang.
3) Sistem
tiga bidang
Pada perencanaan
jembatan yang sangat lebar atau membutuhkan jalur lalulintas yang banyak, akan
ditemui torsi yang sangat besar bila menggunakan sistem kabel satu bidang dan
momen lentur yang besar pada tengah balok melintang bila menggunakan sistem dua
bidang. Kejadian ini menyebabkan gelagar sangat besar clan menjadi tidak
ekonomis lagi. Penggunaan penggantung tiga bidang dapat mengurangi torsi, momen
lentur, dan gaya geser berlebihan. Penggunaan penggatung tiga bidang sampai
saat ini masih berupa inovasi dan baru sampai pada tahap desain ( Walther, 1988).
2. Menara
Pemilihan bentuk menara
sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel, estetika, dan kebutuhan perencanaan
serta pertimbangan biaya. Bentuk – bentuk menara dapat berupa rangka portal trapezoidal, menara kembar, menara A, atau menara tunggal. Selain bentuk
menara yang telah ada, masih banyak bentuk menara lain namun jarang digunakan
seperti menara Y, menara V, dan lain sebagainya. Tinggi menara
merupakan fungsi dari panjang panel (Troisky,
1977).
3. Gelagar
Bentuk gelagar jembatan
cable stayed sangat bervariasi namun
yang paling sering digunakan ada dua yaitu
stiffening truss dan solid web (Podolny and Scalzi, 1976). Stiffening
truss digunakan ungtuk struktur baja dan solid web digunakan untuk struktur baja atau beton baik beton
bertulang maupun beton prategang.
Bentuk
yang paling banyak digunakan adalah bentuk solid
web karena memiliki kemudahan dalam pekerjaannya .
Gelagar
yang tersusun dari solid web yang
terbuat dari baja atau beton cenderung terbagi atas dua tipe yaitu:
a. Gelagar
pelat (plate girder), dapat terdiri
atas dua atau banyak gelagar,
b. Gelagar
box (box girder), dapat terdiri atas
satu atau susunan box yang dapat berbentuk persegi panjang atau trapezium.
Susunan dek yang tersusun dari gelagar
pelat tidak memiliki kekakuan torsi yang besar sehingga tidak dapat digunakan
untuk jembatan yang bentangnya panjang dan lebar atau jembatan yang
direncanakan hanya menggunakan satu bidang kabel penggantung. Dek jembatan yang
menggunakansatui atau susunan box akan memiliki kekakuan torsi yang sangat
besar. Gelagar beton umumnya berupa
gelagar box tunggal yang diberi pengaku pada jarak tertentu.
Solid
web yang
terbuat dari beton precast mempunyai
banyak keuntungan (Zarkasi dan Roliansjah, 1995) antara lain:
a. Struktur
dek beton cenderung untuk tidak bergetar dan dapat berbentuk aerodinamis yang
menguntungkan,
b. Komponen
gaya horizontal pada kabel akan mengaktifkan gaya tekan pada sistem dek dimana
beton sangat cocok untuk menahan gaya desak,
c. Beton
mempunyai berat yang sangat besar sehingga perbandingan beban hidup dan mati
menjadi kecil, sehingga perbandingan lendutan akibat beban hidup dan mati tidak
besar,
d. Pemasangan
bangunan atas dan kabel yang relatif mudah dengan teknik prestressing masa kini, prefabrikasi,
segemental, dan mempunyai kandungan lokal yang tinggi,
e. Pemeliharaan
yang lebih mudah karena beton tidak berkarat seperti pada baja.
Perilaku
gelagar sebagau bagian yang terintegral dari sebuah jembatan cable stayed mirip dengan perilaku
gelagar menerus di atas peletakan elastis. Akan tetapi selama tahap awal
pembangunan dan prapenegangan kabel akibat beban mati, dukungan kabel dapat
dianggap sebagai peletakan tetap.
C.
Efek
Non-linier pada Elemen Struktur
Struktur jembatan cable stayed merupakan struktur yang
mempunyai efek non-linier yang cukup berpengaruh. Meskipun struktur memiliki
efek non-linier, perhitungan gaya – gaya dalam dengan mengabaikan sifat
non-linier dapat dilakukan dengan memberikan anggapan-anggapan tertentu. Tiga
penyebab sifat non-linier adalah sag pada kabel, efek P-delta, dan sifat material.
1. Non-linier
pada Kabel
Akibat berat sendiri
kabel menyebabkan terjadinya deformasi sepanjang kabel yang cukup besar
sehingga mengurangi kekakuan kabel. Ketidaklinieran kabel terjadi ketika beban
yang didukung bertambah dan sag pada
kabel berkurang sehingga panjang chord kabel akan bertambah. Untuk menempatkan
kabel sebagai komponen yang linier maka modulus kabel harus diidealisasikan.
Modulus elastisitas ideal akan diperoleh melalui penurunan rumus dengan
memperhatikan kabel miring yang pada ujung bawah diberikan perletakan sendi dan
pada ujung atas diberi perletakan bergerak.
2. Efek
P-delta
Efek non-linier ini
disebabkan oleh gaya-gaya aksial tekan dan momen lentur yang bekerja secara
simultan pada struktur (gelagar dan menara) sehingga terjadi beban yang
eksentris. Akibat lendutan yang terjadi pada struktur maka gaya aksial tekan
yang bekerja memberikan momen tambahan. Tingkat ketidaklinieran tergantung pada
besarnya beban aksial tekan dibandingkan dengan beban euler dan besar lendutan yang dihasilkan akibat beban lentur.
Secara umum pengaruh ketidaklinieran akibat efek P-delta dapat dianggap kecil. Anggapan ini tetap digunakan untuk
gelagar yang tipis atau menara yang mempunyai momen inersia kecil dengan
memberikan pembebanan yang ekstrim dan menguji kebenaran anggapan.
3. Non-linier
pada sifat material
Bahan struktur yang
menderita suatu beban aksial tertentu akan mengalami penegangan dan disertai
penambahan atau pengurangan panjang sesuai dengan arah beban. Selama beban
tersebut masih kecil, pertambahan atau pengurangan panjang akan berbanding
lurus dengan tegangan yang terjadi. Bila beban bertambah terus batas
perbandingan tetap akan dilampaui dan kurva perbandingan tidak sebanding atau
perbandingan antara tengangan dan regangan bahan sudah tidak linier lagi. Sifat
non-linier ini dapat diabaikan karena secara umum pembebanan yang terjadi tidak
akan menimbulkan tegangan yang berlebihan hingga mendekati beban runtuh.
D.
Idealisasi
Struktur
Permodelan
elemen struktur dilakukan agar perilaku jembatan dapat dianalisis dan masih
dalam ketepatan yang cukup dan perhitungan pada kepentingan struktur dan
tingkat perencanaan yang diinginkan. Permodelan itu dapat berupa sistem bidang
(plane frame model) atau ruang (space frame model), meliputi seluruh
struktur atau sebagian dan dapat melibatkan sejumlah besar elemen tergantung
kerumitan struktur (Walther, 1988).
Menara
dapat dimodelkan sebafai frame 3D
atau elemen solid / pelat tebal (solid/thick plate type element) bila
dilakukan analisis lebih lanjut untuk mempelajari masalah lokal misalnya untuk
perencanaan dudukan kabel (Zarkasi dan
Rosliansjah, 1995).
Gelagar
bisa dimodelkan sebagai elemen batang pada balok memanjang dan melintang dengan
menganggap perilakunya sebagai balok elemen dan plat lantai kendaraan sebagai shell type element. Untuk gelagar
berbentuk kaku dengan gantungan vertikal dan dianggap dengan perubahan bentuk
yang kecil dapat dimodelkan sebagai elemen batang. Modelisasi sebagai elemen
membran dapat juga dilakukan jika perilakunya mempunyai perubahan bentuk yang
besar misalnya pada jembatan yang menggunakan single plane type. Untuk mempelajari masalah lokal dengan permodelan
sebagian dapat dimodelkan sebagai pelat tebal.
Pada
kasus penting dan khusus untuk jembatan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi permodelan dengan sistem ruang perlu dilakukan agar banyak analisis yang
dapat diselesaikan meliputi berbagai aspek. Efek angin, gradient temperatur,
efek tranversal pada menara, pengaruh beban yang tidak simetri pada jembatan
tertentu dapat dianalisis dengan sistem ruang.
Masalah
khusus atau lokal pada bagian tertentu struktur perlu diketahui secara pasti
karena dapat menjadi kegagalan struktur secara keseluruhan. Peninjauan secara
khusus bagian-bagian tertentu dari suatu struktur menggunakan permodelan
sebagian.
1. Analisa
Frekuensi Alami dan Mode Shape
Analisis dinamik pada
jembatan cable stayed sangat penting
dan dapat menjadi suatu tahap analisis yang paling menentukan terutama untuk
jembatan yang sangat panjang. Analisis dinamik digunakan untuk mengetahui
frekunsi alami dan metode getar struktur.
Beban
yang berpengaruh pada struktur jembatan clan
berperilaku sebagai beban dinamik adalah beban angin, beban gempa, dan
beban dinamik akibat lalulintas. Pengaruh beban dinamis akibat lalulintas sulit
ditentukan karena tergantung pada frekuensi dasar dari suspensi kendaraaan dan
frekuensi dari getaran lentur jembatan.
Ada tiga jenis
permasalahan dinamika struktur (Walther, 1988)
yaitu :
a. Aspek
stabilitas aerodinamis,
b. Aspek
struktur tahan gempa,
c. Aspek
efek psikologis.
Permasalahan
stabilitas aerodinamik dan struktur anti sesmik sangat penting untuk keamanan
keselamatan struktur, berlaku secara umum namun tetap disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan besar kecilnya beban. Sedangkan efek psikologis lebih
berpengaruh pada pelayanan dan kenyamanan pemakai yang tergantung pada
peraturan –peraturan yang berlaku di suatu tempat atau negara.
Analisa
frekuensi alami dilakukan dengan memberikan idealisasi pada struktur dan tetap
mendekati perilaku sebenarnya. Idealisasi yang diberikan berupa pengumpulan
massa pada titik-titik modal dang menganggap struktur tidak memiliki massa.
2. Analisis
Beban Angin
Dimensi jembatan cable stayed umumnya cukup besar
sehingga pengaruh angin perlu diperhitungkan. Aliran udara cenderung untuk
mempengaruhi osilasi torsial dan lentur struktur clan perubahan sudut datang terhadap gelagar akan mengubah besarnya
gaya angkat. Efek yang timbul akibataliran angin tersebut diketahui sebagaiflutter yang telah menyebabkan runtuhnya
Tacamo Narrow Brige di Amerika pada tahun 1940. Akibatnya maka
timbul gaya yang bekerja pada gelagar dan bersifat periodic.
Pengalaman
pada berbagai jembatan yang sudah dibangun menunjukkan bahwa frekuensi osilasi
torsional clan frekuensi osilasi lentur harus mempunyai nilai yang cukup jauh
berbeda. Mathivat telah menunjukkan
bahwa pebandingan kedua nilai tersebut cukup memuaskan bila berada diantara 2,5
dan 2,0. Pertimbangan secara kualitatif ini hanua valid untuk jembatan yang mempunyai dimensi relatif kecil dan untuk
perencanaan awal. Untuk sebuah struktur yang aktual dan penting harus diuji
dalam terowongan angin( Walther, 1988).
Analisis
beban angin dapat dilakukan secara relatif sederhana dengan menjabarkan
gaya-gaya yang bekerja pada struktur jembatan berupa:
a.
Komponen gaya horizontal ,
b.
Komponen gaya vertikal,
c.
Momen torsi.
Yang
besarnya tergantungpada faktor:
a.
Intensitas angin,
b.
Bentuk penampang struktur lantai
jembatan,
c.
Sudut singgung angin terhadap lantai
jembatan.
Aksi angin pada struktur juga memiliki variasi
ruang , yaitu mendistribusikan gaya sepanjang tinggi dan bentang struktur
secara tidak merata (Podolny dan Scalzi, 1976).
3. Analisis
Gempa Dinamik
Sampai
saat ini arah gempa yang berbahaya adalah gempa horizontal sejajar sumbu
longitudinal dan tegak lurus sumbu longitudinal jembatan. Gempa arah vertikal
biasanya lebih kecil dan dapat diabaikan pada kasus-kasus struktur tertentu.
Pada saat terjadi gempa gerakan tanah dapat terjadi ketiga arah tersebut secara
simultan.
Kekuatan
jembatan cable stayed terhadap beban
gempa terletak pada bentuk strukturnya yang lain dari bentuk struktur umumnya.
Bentuk struktur jembatan cable stayed
yang digantung diatas sebuah titik dukungan memiliki efek getaran yang paling
kecil dan dapat menyerap energi akibat perpindahan selamaterjadi gempa.
Analisa
dinamik secara lengkap memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh
gempa pada struktur. Perilaku struktur selama terjadi gempa dapat diketahui
dengan menyelesaikan persamaan gerak. Analisa ini dapat memasukkan interaksi
antara pier, dek, dan fondasi. Karena besarnya derajat kebebasan struktur,
analisa dinamik memerlukan komputer
sebagai alat bantu. Program komputer telah banyak yang mampu menghitung
analisis struktur secara linier dan non-linier.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jembatan cable stayed merupakan tipe jembatan
bentang panjang yang estetis dan sering digunakan sebagai prasarana
transportasi yang penting. Struktur jembatan ini terdiri dari gabungan berbagai
komponen struktural seperti pilar, kabel dan dek jembatan. Dek jembatan
digantung dengan kabel prategang yang diangkur pada pilar. Dengan demikian,
semua gaya-gaya gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan
ditransfer ke tanah melalui kabel dan pilar. Kabel akan menerima gaya tarik
sedangkan pilar memikul gaya tekan yang sangat besar disamping efek lentur
lainnya (Yuskar dan
Andi,2005).
Dengan demikian dalam perencanaan pembuatan jembatan
dengan tipe cable stayed perlu
memperhatihan faktor-faktor yang mempengaruhi jembatan tersebut. Penerapan rekayasa engineering sangat diperlukan dalam
pembangunan jembatan ini, sehingga hasil dari perencanaan dapat diwujudkan
sesuai dengan standar yang ada.
B.
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan
pada penulisan saya ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisanssaya
ini, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah. Bahasa
Indonesia Bapak Tri Waryono, S. Pd., M. Pd. Yang telah memberikan tugas individu demi
kebaikan diri saya sendiri dan untuk negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Bambang dan Agus Setyo
Muntohar. 2007. Jembatan. Yogyakarta:
Beta Offset