Jumat, 09 September 2016

Tentang Kemarin, Hari Ini, dan Besok

Sudahlah...
Mereka mengatakan demikian ketika seseuatu berlalu entah seseuai harapan atau malah melenceng dari aturan.
Perlukah mengingat tentang itu semua, ketika para penggganti mulai datang membanjir disetiap hentakan jantung yang kadang berirama bagaikan alunan langgam jawa.
Langkah-langkah yang pernah menguatkan mulai perlahan melangkah sendiri bagaikan daun kering yang merindukan hembusan angin untuk bisa melayang bebas tanpa tahu arah.
Tetesan air mata yang pernah mengalir pun mulai mengering seraya peluh yang dulu bagai kobaran semangat yang kini mulai meredupkan kobarannya.
Candatawa yang pernah mengisi cawan kemuraman pun serasa mulai penuh, bahkan tak mungkin tertampung lagi.
Cukup, itu mungkin kata tepat yang dapat keluar dari mulut yang kelu ini ketika berhadapan dengan mu. Dikala sorak sorai riuh lorong itu meneriakkan opini tentang apa yang mereka saksikan.

Syukuri...
Nikmat yang tiada tara ketika suara panggilan fajar mulai menelisik kedalam pendengaran setiap jiwa yang merindukan-Nya. 
Menanti setiap kehedak yang telah tertulis indah dalam sebuah ketentuan yang kadang hati ini menggerutu terhadap fakta yang terjadi.
Setiap detak jantung yang berdetak mulai memulai beroperasi kembali setelah merasakan kenyamanan sang malam, menidurkan berjuta pasang mata.
Detik-detik mulai berubah menjadi menit, tatkala setiap bagian dari hidup ini akan saja diam termenung ataupun mulai menjalankan setiap bisikan mesra kehidupam.
Jalankan atau tinggalkan saja itu pilihan tentang hari ini yang selalu menjadi bumbu tiap menemukan persimpangan dalam tiap langkah besar kesuksesan.
Entah bagaimana sang pelaku utama menjalankan perannya dengan baik atau malah sutradara mengubah alur menjadi cerita yang lebih indah, dikala rasa nyaman mulai meneduhkan.

Ingin...
Tujuan yang melayang-layang dalam angan selalu  menjadi pengingat dalam setiap fajar yang mulai menghangatkan tiap pasang kaki yang mulai melangkah menuju mata air kehidupan.
Memulai seriap langah dengan besar harapan dari berbagai pihak yang terkadang tidak mau tahu kapan mulai dan kapan harus berakhir.
Hati yang semula dirundung mendung mulai mencari matahari yang diyakini dapat memekarkan ribuan mawar yang sedari lama tak mekar.
Bayangan akan sang wajah pendamping mulai nampak ketika senyuman itu tak kunjung lepas menghinggap pada dahan harapan yang mulai menjadi kuat.
Kemelut keraguan mulai berubah menjadi gulungan keyakinan yang kuat namun dapat menyejukkan tiap raga yang mau bersanding melagkah dengan teratur.
Doa-doa yang diangap sangat mujarap mulai mengobati tiap luka yang disangka tak akan pernah terobati. 
Keriangan akan menjadi salah satu tanda akan semua harapan dapat terwujud. Dinding hati yang semula dingin bagai tak mau terhangatkan, mulai meleleh merasakan kehangatan tiap alunan suara indah menyanjung akan apa yang diciptakan-Nya.
Beruntung, itu mungkin kata yang mulai sering keluar ketika bersinggungan dengan para wajah wajah sumringah yang mulai memahami arti dari tiap hela nafas yang diberikan setiap harinya.


                                                                                                                            10 September 2016
   

Selasa, 10 Mei 2016

Mungkin...

Mungkin ini yang dikatakan lelah.
Mungkin ini yang disapa jenuh.
Mungkin ini yang dinamakan letih.
Mungkin ini yang dianggap selesai.

Mungkin...
Mungkin ini jalan yang harus di lewati.
Mungkin ini arus yang harus dilalui.
Likunya hari tiada henti menemani.
Jejak langkahnya pun semakin menghampiri.


Semakin hari langkah itu pun jelas menapak.
Tampak jelas ayunan tangan melambai seakan memberi harapan sejenak.
Jelas keadaan nyata tak mungkin mengelak.


Mungkin....